Membaca “Keterlibatan” Anies Dalam Aksi 22 Mei
Dulu, saya termasuk orang yang mem-follow akun medsos Anies Baswedan selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI. Jadi, sama sekali tak ada prasangka buruk apalagi kebencian dalam hati saya tentang Anies Baswedan. Saya bahkan sempat tersentuh dengan program mengantar anak di hari pertama masuk sekolah yang digagas oleh Anies.
Saat Anies direshuffle dari jabatannya di Kabinet Kerja oleh Presiden Jokowi, saya termasuk salah satu orang yang tak menyangka dengan keputusan tersebut. Saya sempat menuliskan kekagetan saya di medsos.
Tapi, tak perlu butuh waktu lama untuk menyadari bahwa selama ini ternyata saya sudah terbuai kata-kata manis yang keluar dari mulut Anies. Anies juga tak bisa berlama-lama menyembunyikan sifat aslinya yang sangat mengerikan.
Dari situlah saya langsung meng-unfollow Anies. Kesimpulan saya, Anies adalah sosok ambisius yang tak tahu diri. Kemampuan tak ada tapi sombong merasa bisa.
Sikap tak tahu diri inilah yang akhirnya menyeret Anies masuk dalam gerombolan orang-orang jahat yang tega mengorbankan kepentingan bangsa dan negara untuk memuaskan kepentingan pribadi dan golongan.
Dengan segala cara Anies berusaha menyingkirkan Ahok, anjing galak penjaga uang rakyat DKI yang sudah terbukti unggul jauh di atas Anies dalam segala hal. Baik dari segi ide, gagasan, perencanaan, cara kerja dan prestasi.
Tragisnya, Anies berhasil “membunuh” Ahok. Didukung JKT58, Anies-Sandi dengan bangganya mempertontonkan kekejian politik SARA untuk menyingkirkan Ahok.
Ketidaksukaan saya pada Anies semakin memuncak saat menyaksikan keberadaan DKI Jakarta selaku Ibu Kota RI jadi semakin mundur dan semrawut di bawah kepemimpinan Anies. Di mata saya, Anies tak punya skala prioritas dalam bekerja. Anies tak becus kerja. Itu fakta.
Anies jago menata kata, bukan menata kota. Apa yang sudah dibangun dan diperjuangkan Ahok dengan sangat baik jadi berantakan sekarang. Itulah “prestasi” Gubernur Seiman kebanggaan JKT58.
Dengan segala sifat buruknya Anies memimpin Jakarta. Anies bahkan tak ragu berbohong di depan layar televisi yang disiarkan secara langsung ke seluruh penjuru Indonesia.
Ketidaksukaan saya pada Anies akhirnya berujung pada kemuakan dan kejijikan. Begini penjelasannya.
Jika baru-baru ini kita dihebohkan oleh perusuh-perusuh negara dalam Aksi 22 Mei di depan Gedung KPU dan Kantor Bawaslu, saya membaca ada “keterlibatan” Anies dalam acara jahat itu.
Sekarang mari kita renungkan bersama. Bagaimana bisa Anies tega meninggalkan Jakarta dan bertolak ke Jepang di saat Anies sudah tahu bahwa Jakarta berpotensi rusuh di tanggal-tanggal itu, sehubungan dengan kelakuan Prabowo dan gerombolannya yang tak bisa menerima kekalahan di Pilpres 2019.
Siapapun yang waras pasti mampu menilai bahwa kelakuan Prabowo yang kalap menganggap semua yang terlibat di Pilpres 2019 curang kecuali kubu 02 adalah tindakan tidak sportif yang sangat tak terpuji.
Sementara Anies sendiri adalah saksi hidup betapa gagahnya Ahok-Djarot yang langsung mengucapkan selamat pada pasangan Anies-Sandi yang sudah dinyatakan menang versi quick count di Pilgub 2017.
Dengan berbesar hati dan lapang dada Ahok mengakui kekalahannya tanpa banyak alasan. Padahal faktanya saat itu Ahok bukan saja dikalahkan. Ahok “dibunuh” oleh Anies-Sandi. Jadi kategorinya bukan cuma curang, tapi jahat. Keji!!!
Ahok bahkan mengajak kita semua untuk menghormati Anies selaku gubernur terpilih. Semuanya Ahok lakukan demi keutuhan bangsa. Ahok rela mengorbankan kepentingan pribadinya untuk kepentingan negara.
Dengan pengalaman diperlakukan seperti itu oleh Ahok, Anies seharusnya tahu bahwa kelakuan Prabowo yang tak bisa menerima kekalahan di Pilpres 2019 adalah kelakuan pecundang perusuh negara.
Kalap menuduh semua pihak curang tapi tak bisa menunjukkan bukti di mana letak kecurangan yang dimaksud, jelas tindakan licik yang tega dilakukan orang-orang jahat dengan tujuan ingin mengacaukan keadaan.
Jadi clear! Mereka itu perusuh, bukan demonstran.
Dari sini Anies seharusnya sadar bahwa Jakarta sedang diincar ketenangannya oleh kaum perusuh dan pengacau. Lucunya, Anies justru meninggalkan Jakarta dan bertolak ke Jepang persis di tanggal potensi kerusuhan itu terjadi.
Tak tahukah Anies jika Jakarta berpotensi rusuh saat dia pergi??? Bohong besar jika Anies mengatakan tak punya feeling kerusuhan bakal terjadi di Jakarta sehubungan dengan pengumuman KPU tentang rekapitulasi Pemilu 2019.
Anies tahu persis tentang potensi kerusuhan itu. Buktinya Anies sudah mengantisipasinya dengan memberi intruksi kepada seluruh Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) yang tersebar di seluruh kawasan Ibu Kota, untuk siaga menampung jatuhnya korban. Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menuangkannya dalam intruksi Kepala Dinas Kesehatan DKI Widyastuti di dalam surat surat edaran nomor 52/SE/2019.
Luar biasa sekali kan tindakan Anies ini. Ibarat pemilik rumah, Anies sudah tahu kapan rumahnya bakalan disatroni penjahat. Pemilik rumah yang waras pasti membatalkan seluruh agenda kerjanya di luar rumah sepenting apapun itu, demi menjaga dan memastikan keamanan rumah dan seisi rumahnya tetap terjamin.
Dalam keadaan yang seperti itu, pemilik rumah yang benar-benar merasa memiliki rumahnya takkan pernah mau menitipkan kunci rumahnya pada orang lain, lalu melenggang meninggalkan rumahnya sendiri sepenting apapun alasannya. Keselamatan dan keamanan rumah jelas jadi prioritas utama.
Tapi ternyata pengecualian buat Anies. Anies selaku pemilik rumah justru menghubungi rumah sakit untuk mengurus biaya pengobatan jika nanti perusuh-perusuh itu mendatangi rumah sakit gara-gara babak belur bahkan mati saat berhadapan dengan aparat keamanan yang sedang menjaga rumah Anies.
Luar biasa sekali khan tindakan Gubernur Seiman pilihan JKT58 ini.
Ditambah lagi, saat bentrokan dan jatuhnya korban benar-benar terjadi, saat pulang ke Jakarta, Anies justru menunjukkan simpatinya pada gerombolan perusuh yang sudah merusak rumahnya sendiri.
Anies membezuk para pengacau yang meninggal dan luka-luka gara-gara bentrok dengan TNI Polri yang sedang mengamankan rumah Anies. Anies bahkan mengirimkan karangan bunga buat korban meninggal yang menghancurkan rumahnya sendiri.
Lhaaaaa perusak rumahnya kok malah dibiayai dan diperhatikan oleh Anies???
Wajar atau tidak tindakan Anies yang seperti itu??? Bukannya marah saat melihat rumahnya dihancurkan gerombolan perusuh, Anies justru bersimpati pada kaum perusuh yang merusak rumahnya.
Kejadian yang sangat bertolak belakang dengan yang dilakukan Bu Risma dan Ahok. Saat kota mereka dirusak tangan-tangan yang tak bertanggung jawab, Bu Risma dan Ahok marah besar tak terima.
Tanpa bermaksud menuduh, tak bisakan kita membaca ada persekongkolan di sini? Atau adakah udang di balik batu yang sedang diincar Anies???
Atas keanehan ini, saya mohon DPRD DKI Jakarta mengusut tindakan Anies yang sangat tidak wajar ini. Sebab arahnya jadi ke pembahasan berikut ini.
Semua kerusakan yang terjadi di Jakarta jelas akan diperbaiki. Dan perbaikan itu pasti berhubungan dengan yang namanya anggaran. Amat sangat aneh jika pemilik rumah yang dirusak penjahat bukannya mencak-mencak marah, tapi malah bersimpati pada orang-orang yang merusak rumahnya. Ada apakah gerangan???
Akankah Anies berpesta pora lagi dengan anggaran perbaikan fasilitas DKI Jakarta yang dirusak kaum perusuh bangsa itu??? Dari semua yang sudah saya jabarkan di atas, sangat jelas terlihat “keterlibatan” Anies Baswedan dalam Aksi 22 Mei ini. Makmur pejabatnya, merana warganya.
Referensi:
https://seword.com/politik/membaca-keterlibatan-anies-dalam-aksi-22-mei-2Pqbmn6RR
https://seword.com/umum/terbongkar-kebohongan-dan-keculasan-anies-baswedan-tentang-banjir-jakarta-WYScK-X2t
https://news.detik.com/berita/d-4557699/anies-dinas-di-jepang-pemprov-dki-jamin-22-mei-sudah-di-jakarta
https://news.okezone.com/read/2019/05/19/338/2057700/antisipasi-penetapan-pemilu-22-mei-pemprov-dki-gratiskan-biaya-rumah-sakit
https://news.okezone.com/read/2019/05/19/338/2057700/antisipasi-penetapan-pemilu-22-mei-pemprov-dki-gratiskan-biaya-rumah-sakit
https://news.detik.com/berita/d-4560870/anies-kirim-bunga-dukacita-ke-farhan-syahfero-korban-tewas-rusuh-22-mei