Ada banyak kemajuan dari penyelidikan pihak kepolisian atas kerusuhan selama 2 hari kemarin. Ada banyak terungkap hal-hal yang membongkar kedok perusuh maupun menyiratkan keterlibatan elit politik tertentu.
Ada banyak kemajuan dari penyelidikan pihak kepolisian atas kerusuhan selama 2 hari kemarin. Ada banyak terungkap hal-hal yang membongkar kedok perusuh maupun menyiratkan keterlibatan elit politik tertentu. Misalnya, penemuan uang ribuan dollar, dan terungkapnya pemakaian narkoba oleh para perusuh. Ini sudah sangat jelas dan otomatis membantah bahwa massa tukang rusuh ini sedang membawa aspirasi rakyat. Terungkap pula di media berbagai kerusakan dan kerugian akibat penjarahan yang dilakukan oleh para perusuh. Apalagi ini, membawa aspirasi siapa kok malah menjarah toko orang? Aspirasi terkait Pilpres yang bagaimana, kok sampai mencuri isi toko milik warga? Gagal lagi!
Di media sosial juga ada beredar kesaksian dari seorang fotografer yang terjun langsung di area demo/kerusuhan. Fotografer yang bernama Bram Aditya ini membagikan pengalamannya, yang kemudian dijadikan rentetan gambar di Twitter oleh akun Capres Abadi (@P3nj3l4l4h). Bram Aditya menceritakan bahwa peserta demo itu ternyata ada yang masih anak-anak, lalu provokasi beringas yang dilakukan oleh peserta demo yang dibalut dengan tampilan islami. Foto-fotonya bisa dilihat di link berikut ini :
https://twitter.com/P3nj3l4j4h/status/1131520992390422529
https://twitter.com/P3nj3l4j4h/status/1131521009306095616
https://twitter.com/P3nj3l4j4h/status/1131521021557653506
Poinnya adalah, ternyata demo yang katanya membawa aspirasi rakyat secara konstitusional ini isinya ya itu lagi itu lagi. Pemakaian politik identitas, membawa-bawa fitnah dan memancing emosi aparat yang sedang berjaga. Apa hubungannya dengan Pilpres 2019? Jauuuhh…. Boleh dibilang bahwa mereka sendiri yang gagal menciptakan sebuah demo yang berhubungan dengan tudingan kecurangan di dalam Pilpres 2019. Gagal lagi!
Ditambah lagi dengan blunder besar tertangkapnya ambulans dan kru ambulans yang kedapatan membawa logistik dan uang buat para perusuh. Pihak kepolisian sudah mengetahui bagaimana ceritanya ambulans milik Gerindra itu sampai ke Jakarta dari Tasikmalaya. Tinggal menentukan siapa aktor utama yang mengisi ambulans tersebut dengan logistik dan uang. Blunder besar! Gagal lagi!
Apanya yang gagal? Gagal menyamakan huru hara massa ini dengan kejadian di tahun 1998. Gagal memakai demo dan kerusuhan massa ini sebagai dasar untuk melengserkan Jokowi. Otomatis, gagal pula untuk memperoleh hasil yang diinginkan, yakni perhatian dan dukungan publik. Publik mana yang mau mendukung aksi penjarahan, kerusuhan, pembakaran, dan pengrusakan? Perusuh yang ditangkap pun sudah jelas tampangnya lebih mirip preman dan penuh dengan tato. Hanya orang yang amat sangat bodoh yang percaya bahwa para perusuh ini sedang memperjuangkan tudingan kecurangan dan memprotes hasil Pilpres 2019.
Melihat perkembangan yang tidak menguntungkan ini, terlihat sekali ada perubahan narasi yang dibawakan oleh Prabowo dan Amien Rais. Yang sebelumnya mereka membawakan narasi menuduh Polri dan TNI menembaki para pendemo, bahkan Amien Rais sampai menyebut tindakan polisi itu “berbau PKI”. Selang beberapa jam kemudian, narasi pun berubah. Prabowo jadinya meminta massa bersikap tenang, sabar dan mendahulukan kepentingan rakyat banyak, serta meminta mereka beristirahat. Juga meminta mereka menghindari tindakan di luar hukum Sumber. Sementara Amien Rais juga berubah. Tidak lagi menuding Polri/TNI, melainkan kesannya jadi membela. "Anda harus menjaga kemanunggalan TNI dan Polri, dan rakyat. Kita ikut takdir Allah," kata Amien kepada para demonstran. "Insya Allah yang menembaki itu bukan dari Polri. Tapi siapa pun itu kita akan kejar," ujar Amien Rais Sumber.
Ini yang namanya siang tahu, sorenya tempe. Mencla mencle. Sebelumnya “menarik”, kemudian “mengulur”, kayak main layang-layang. Kayak pedekate sama gebetan. Perubahan yang bisa berarti ganda. Apakah perkembangan penyelidikan pihak kepolisian telah membuat Prabowo dan Amien Rais ketakutan? Apakah seruan-seruan para netizen lewat tagar-tagar yang meminta agar Prabowo dan Amien Rais segera ditangkap, telah membuat mereka berdua panik, menggigil di pojokan?
Proses tarik ulur ini juga makin nampak dengan dibantahnya sebuah undangan demo buat hari Jumat besok, oleh PA 212. Undangan ini beredar di aplikasi chat. Disebut bahwa Prabowo – Sandiaga akan ikut bergerak dalam aksi yang dipimpin oleh ustaz Bernard Abdul Jabbar dari PA 212. Pihak Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo mengatakan mereka tidak tahu soal aksi besok. Sedangkan ustaz Bernard menyatakan bahwa undangan itu hoaks Sumber Sumber.
Sekali lagi tarik ulurnya kelihatan sekali. Apakah sedang ada perubahan strategi, karena nama-nama pentolan penyusun dan eksekutor kerusuhan 21/22 Mei sudah ada di tangan aparat kepolisian? Apakah bohir ngomel-ngomel dan menghentikan aliran dana? Apakah Prabowo dan Amien Rais sedang menyusun exit plan, menyelamatkan diri mereka sendiri? Mengulur waktu untuk mencari kambing hitam? Saya lebih cenderung menduga bahwa posisi keduanya sedang terpojok, dan mereka sedang menyusun exit plan baru agar bisa berkelit. Saya tetap yakin gengsi Prabowo tidak akan membiarkan dia menyerah begitu saja. Saran saya buat pihak berwajib, mohon mereka berdua ini dicekal ke luar negeri dengan segera! Demikian kira-kira….
(Sekian)