Apakah Prabowo ditakdirkan untuk selalu gagal dalam hidupnya? Penulis rasa jawabannya YA jika mengacu pada fakta-fakta yang ada selama keberadaan beliau di panggung politik tanah air.
Apakah Prabowo ditakdirkan untuk selalu gagal dalam hidupnya? Penulis rasa jawabannya YA jika mengacu pada fakta-fakta yang ada selama keberadaan beliau di panggung politik tanah air.
Konvensi partai Golkar gagal, jadi calon wakil Presiden gagal, jadi calon Presiden dua kali gagal. Mungkin cuma saat pilihan Gubernur Jakarta saja beliau berhasil, namun tampaknya keberhasilan beliau juga bukan semata-mata karena kehebatan beliau. Kemenangan Anies di Jakarta tidak lebih adalah hasil kerja keras kaum radikal yang ada di kubu Prabowo.
Kegagalan tersebut tidak lepas dari kegagalan kehidupan Pribadi beliau juga, namun tampaknya tidak elok jika kita membicarakan kehidupan beliau. Terbaru adalah kegagalan beliau melakukan people power dan penulis yakin akan menyusul kegagalan beliau saat gugatan ke MK. Kenapa hidup Prabowo penuh kegagalan? Silakan bertanya pada rumput yang bergoyang.
Koalisi Prabowo Berakhir
Yang terbaru dan merupakan kegagalan Prabowo juga adalah kegagalan beliau mempertahankan koalisi yang dibangun untuk memenangkan Pilpres 2019. PAN dan Demokrat sudah memberikan indikasi kuat bahwa mereka akan keluar dari koalisi Prabowo - Sandiaga Uno.
Khusus Demokrat, kedatangan Megawati ke pemakaman Ibu Ani Yudhoyono dan dibalas dengan kedatangan putra-putra SBY ke open house Megawati menjadi pertanda nyata bahwa Demokrat sudah tidak lagi berminat di koalisi Prabowo, walaupun Ferdinand tidak ingin mengaitkan hal tersebut dengan politik, namun siapa yang bisa menyangkal hal langka tersebut tidak terkait politik? Mengingat hubungan Megawati dan SBY yang sudah lama memanas.
Bubarnya koalisi Prabowo menjadi yang kedua kali, setelah sebelumnya pada 2014 Koalisi Merah Putih (KMP) yang begitu dominan di parlemen hingga pemilihan ketua DPR akhirnya bubar dikarenakan taktik jitu Jokowi memecah PPP dan Golkar menjadi dua kubu.
Berbeda dengan bubar nya koalisi sebelumnya yang disebabkan oleh faktor external yaitu taktik Jokowi dalam memecah partai-partai di KMP. Koalisi saat ini lebih tragis lagi, karena mereka bubar karena masalah internal di dalam mereka sendiri. Seperti kata Zemo di film Captain America : Civil War jika suatu kerajaan rusak dari dalam maka akan sulit untuk bangkit kembali.
Kita tentu tidak lupa bagaimana Ferdinand kolor merah mundur dari koalisi karena hinaan pendukung Prabowo sendiri ke Ibu Ani Yudhoyono. PAN memilih mundur karena mereka punya kepentingan politik sendiri, dan PKS yang mungkin masih tergabung dalam koalisi Prabowo - Sandiaga Uno sekarang memilih banyak diam dikarenakan sudah mendapatkan cukup kursi di DPR.
Sekarang tinggal Prabowo, Kaum Radikal dan Barisan Sakit Hati saja yang berada di kubu Prabowo. Secara akar rumput mungkin masih memiliki taji, namun di parlemen tentu kubu-kubu di atas sudah tidak memiliki kekuatan apa-apa. Tugas Jokowi sekarang cuma tinggal membatasi ruang gerak kubu di atas melalui kebijakan-kebijakan nya di parlemen yang didukung banyak partai politik.
Mungkin satu-satunya yang harus jadi perhatian Jokowi hanyalah menjaga akar koalisi tetap solid dan waspada terhadap oknum-oknum yang berusaha menusuk dari belakang. Percayalah serangan dari dalam lebih sulit untuk dihadapi dari serangan luar, Jika serangan dari luar bisa membuat koalisi semakin kuat, maka serangan dari dalam bisa menghancurkan koalisi seperti yang terjadi pada koalisi Prabowo.
Kesimpulan :
Koalisi Prabowo sesungguhnya sudah bubar saat ini. Seperti kata wakil ketua umum PAN bara hasibuan, dilansir dari tempo :
"Walaupun masih ada waktu itu proses di KPU dan sudah selesai proses rekapitulasi di KPU, dan masih ada proses di MK. Tapi secara de facto sudah selesai," ucap Bara di Jalan Widya Chandra IV, Jakarta, Rabu, 5 Juni 2019.
Hal ini menjadi pembelajaran bagi kita semua di jagat politik tanah air, jika segala sesuatu yang hanya berdasarkan kardus tidak akan bertahan lama, dan segala sesuatu yang hanya didasarkan pada "common enemy" tidak akan bertahan sangat lama, mereka akan bubar ketika mereka dikalahkan oleh musuh yang sama atau mereka sudah mengalahkan musuh yang sama.
Ketika mereka sudah mengalahkan musuh yang sama, maka koalisi yang didasarkan "common enemy" akan saling cakar satu sama lain karena mereka mempunyai tujuan dan agenda masing-masing yang belum tentu sejalan.
Hanya koalisi yang dibangun berdasarkan kepentingan bangsa dan keinginan bersama untuk memajukan Indonesia yang akan bertahan sangat lama dan berhasil membawa Indonesia menjadi negara maju, semoga koalisi Jokowi adalah koalisi yang seperti itu.
COMMENTS