Gubernur Ganti Nama Sejumlah Dinas, Memangnya Bisa Bikin Jakarta Maju?
Entah kenapa makin ke sini makin menyebalkan melihat pola kerja dan perilaku Anies dalam menjalankan roda pemerintahan DKI Jakarta. Gubernur yang satu ini dianggap kering inovasi, miskin ide dan hancur eksekusi program kerja serta sangat lamban dalam bekerja. Hasil kerjanya pun terlihat sangat murahan dan tidak sebanding dengan beban yang dipikulnya. Kinerja Anies lebih cocok kalau memimpin kecamatan, bukan ibukota atau provinsi.
Salah satu yang cukup menggelikan adalah pengubahan nama dan istilah yang kemungkinan besar untuk menciptakan image kalau itu adalah hasil karyanya sendiri. Maksudnya mendaur ulang lalu mengklaim milik sendiri.
Salah satunya adalah naturalisasi sungai. Katanya sih beda dengan normalisasi sungai yang pernah dikerjakan Ahok. Tapi secara substansi sebagian besar sama. Rumah lapis yang tak lain adalah rumah susun. Vertical drainage yang sulit dipahami. Pengubahan nama pulau reklamasi menjadi pantai Kita, Maju dan Bersama. Selanjutnya pulau reklamasi tidak lagi dinamai itu.
Dan yang terbaru adalah penggantian nama dinas. Anies rencananya akan bakal mengubah nama sejumlah satuan kerja perangkat daerah (SKPD) atau dinas di Pemprov DKI. Perubahan ini disampaikan dalam rapat paripurna penyampaian usulan revisi Perda Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah bersama DPRD DKI Jakarta. Penataan tersebut dimaksudkan agar perangkat daerah yang secara eksisting berjumlah 42 dapat menjadi lebih tepat fungsi, tepat ukuran, dan sinergis.
Dari 42 SKPD yang ada, satu dipecah jadi dua, satu dibubarkan, dan lima diubah namanya. Dinas yang diusulkan berubah nama yakni Dinas Kehutanan menjadi Dinas Pertamanan dan Hutan Kota. Pertimbangannya untuk percepatan peningkatan kualitas dan kuantitas taman dan hutan kota, serta ruang terbuka hijau di wilayah Provinsi DKI Jakarta.
Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah serta Perdagangan akan digabung dengan urusan perindustrian.
Kemudian Dinas Lingkungan Hidup diubah menjadi Dinas Lingkungan Hidup dan Energi. Dinas ini akan mengurusi energi setelah Dinas Perindustrian dan Energi dibubarkan. Selain itu, Badan Pajak dan Retribusi Daerah diubah menjadi Badan Pendapatan Daerah untuk meluaskan fungsi Badan Pajak.
Kemudian, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan akan dipecah menjadi dua dinas yakni Dinas Kebudayaan serta Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Perubahan nomenklatur ini diharap bisa berlaku paling lambat 2 Januari 2020, atau setelah perda disahkan.
Begini deh, kita semua mungkin sulit memahami mengapa harus mengubah ini itu. Ubah nama menjadi sebagus apa pun, tapi kalau tidak disertai dengan etos kerja yang baik, semuanya jadi percuma saja. Inilah yang menjadi ciri khas dan kelebihan Anies, pintar menggunakan kata, tapi payah dalam urusan bekerja. Utak atik sebanyak apa pun tetap tidak akan mengubah keadaan jika kerjanya tidak becus.
Mungkin nanti di masa mendatang Anies akan dikenang sebagai gubernur yang sangat pintar memainkan kata-kata dan suka mengubah nama program, tempat dan dinas entah untuk kepentingan apa. Kalau tujuannya untuk efisiensi dan percepatan, rasanya ini sangat ironis.
Lihat saja TGUPP, gaji fantastis, tapi hasil kerja tidak kelihatan sampai saat ini. Tim untuk percepatan pembangunan, entah apa yang dipercepat, karena semuanya terasa lamban di bawah kepemimpinan Anies. Koar-koar saja yang sangat cepat melebihi kecepatan kerja.
Dengan keseharian kerja yang tidak penting seperti ini, rasanya sia-sia saja menjadikan Anies sebagai gubernur (JKT58 wajib bertanggung jawab). Waktu selama hampir dua tahun ini terasa sia-sia mengingat dua tahun rasanya cukup lama. Seandainya Ahok yang bekerja, kita akan melihat banyaknya pembangunan yang terlihat oleh mata. Progresnya cepat.
Sedangkan Anies selama dua tahun ini telah membuat Jakarta begini-begini saja bahkan di beberapa titik seolah kembali ke zaman dulu. Ini artinya Jakarta bukan hanya stagnan, tapi kembali ke era kemunduran. Kerjanya makin ke sini makin tidak jelas. Mungkin hanya dia gubernur satu-satunya yang suka utak-atik nama ketimbang kerja beneran. Kalau memang benar, lebih baik Anies main Scrabble saja, menyusun kata dari huruf-huruf yang tersedia.
Sumber Opini:
SEWORD
COMMENTS