Anies dalam sebuah video dari TVOne beretorika bagaimana dia hadir dan bertanggung jawab atas wilayah DKI Jakarta. Dia mengklaim dirinya menaruh perhatian dan mengklaim bahwa sejarah akan mencatat apa yang sudah dilakukannya selama aksi demo 22 Mei.
Anies dalam sebuah video dari TVOne beretorika bagaimana dia hadir dan bertanggung jawab atas wilayah DKI Jakarta. Dia mengklaim dirinya menaruh perhatian dan mengklaim bahwa sejarah akan mencatat apa yang sudah dilakukannya selama aksi demo 22 Mei.
Retorika pidatonya dipuji para pendukungnya yang notabene pro Prabowo. Padahal mereka seperti biasa, sedang dikibuli oleh Anies. Intinya sebenarnya adalah pemutarbalian fakta dan pembodohan publik agar publik memuji-muji dirinya yang sudah menjadi pahlawan, wan abud juru ngibul memang auto bahlul!.
Sejarah sudah mencatat kok bagaimana aksi awal Gabener kabur ke Jepang dulu, tak melarang pendemo berdatangan ke Jakarta, serta malah berpihak pada pendemo yang jadi korban yang diklaimnya sebagai warga Jakarta.
Anies lupa dan abai fakta bahwa para petugas yaitu dari Polri dan TNI berjibaku di kota yang dipimpinnya, memasang badan buat NKRI karena diserang oleh berbagai kelompok yang memakai aksi damai itu sebagai cara untuk menumbangkan Pemerintah.
Dampaknya sampai 237 para petugas kepolisian terluka, ada yang sampai luka parah. Dibesuk pun tidak. bahkan asrama Brimob yang diserang malah Anies berlagak seolah itu terjadi di luar wilayahnya. Padahal yang menyerang asrama Brimob mau merebut senjata, untung aksinya berhasil digagalkan. Anies gak mau tahu dengan hal ini!
Menurut Tito beberapa di antara mereka ada yang mendapat luka cukup parah. "Anggota kita pun yang kena luka itu lebih kurang 237. Sampai hari ini masih sembilan orang di RS Polri. Ada yang pecah rontok gigi-giginya, ada yang tangannya lepas dari engselnya. Tadi malam saya berkunjung ke sana," kata Tito di kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Selasa (27/5/2019).
Nih, Wakapolsek Jatinegara AKP Agus Sumarno korban kerusuhan 22 Mei masih dirawat di RS Polri Kramat Jati. Ia mengalami patah di bagian rahang dan gigi akibat dikeroyok massa yang rusuh di Jl Otista, Jakarta Timur.
"Kepalanya kena dua jahitan. Dari sana saya sudah gelap dan pusing diberikan pertolongan pertama dibawa ke RS Hermina, lalu saya dirujuk ke RS Polri. Setelah di sini, saya masih gelap dan gigi saya patah, goyang semua," kata Agus di RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, Rabu (29/5/2019).
Para aparat berhasil menjaga dan mengamankan kota Jakarta dari dampak kerusuhan yang lebih luas sehingga Gubernur sampai membandingkan bahwa memang kejadian ini lebih baik dibanding dengan massa bulan Mei tahun 1998.
Itu betul, benar sekali. Tapi Anies seolah mau mengambil kredit bahwa dia dengan kehadirannya itu menjadi sosok yang membuat segala sesuatunya berjalan baik dan tak terhindarkan dari kejadian yang tak diinginkan. Pretttettetet.
Benar-benar pencitraan yang sangat menjijikkan dan memualkan. Anies mau menyatakan bahwa dengan kehadirannya itu membuat semua berjalan beres, dia melakukan tugas kemanusiaan dan sejarah mencatatnya.
Apa yang diucapkan si tukang klaim ini memang tak terbantahkan, dirinya benar-benar menjadi pahlawan kesiangan sampai kesorean. Sudah telat mencegah aksi perusuh lalu ketika pulang dari Jepang langsung bicara soal korban meninggal. Tujuannya menarik perhatian bagaiman dia peduli dengan korban.
Tapi fakta menunjukkan keberpihakan Anies kepada para perusuh yang memang dari kubunya sendiri yaitui para preman Tanah Abang lalu para simpatisan pro ISIS dan terutama dari kubu Gerindra yang hadir dengan ambulans yang dikamuflase menjadi tempat menangkut massa perusuh dan batu-batu untuk dil;ontarkan pada aparat.
Adakah Anies mengecam para perusuh? Adakah Anies mengecam aksi penyalahgunaan ambulans? Adakah Anies Anies mengecam aksi anarkis mereka yang korbannya warganya sendiri juga? Sama sekali dia mingkem, bungkam.
Tapi Anies berapi-api dengan retorika bagaimana dia memastikan kota Jakarta aman. Retorika kota Jakarta aman itu taka da hubungannya dengan dirimu Nies, Tanpa kehadiranmu, Pak Jokowi, Kapolri Pak Tito dan Panglima TNI Pak Hadi sudah mengerahkan segala kemampuan terbaiknya untuk menghadang para oknum perusuh yang sangat berbahaya. Ada yang memakai senjata otomatis, ada yang memakai bom molotov, batu, panah kaca, golok dan sebagainya.
Ini belum termasuk rencana para teroris yang sudah dilumpuhkan sebelumnya oleh Densus dan menyasar pengeboman di KPU, bawaslu dan massa yang berkumpul saat demo! Coba kalau Densus tak mengantisipasinya, bisa jadi si Wan Abud sudah jadi almarhum.
Tapi Anies mengeceilkan semua ancaman ini karena memang tak ada urusan dengan dirinya. Toh Anies mendapat dukungan dari kubu Prabowo dan pasukan Monaslimin, apa yang perlu dikhawatirkan? Anies mendapat dukungan pasukan cingkrang secara lengkap plus ulama. Dia aman dibanding Pak Jokowi dan pejabat lainnya.
Sementara Anies hanya bisa melenggangkangkung dengan retorika ancaman bancinya,”Kalau massa perusuh mau berbuat, hadapi kami!”, saat para perusuh sudah berhasil ditekuk terlebih dahulu dan mereka semua kocar-kacir pada ditangkap dan dibekuk aparat.
Anies kembali dengan framingnya mengatakan bahwa petugas kebersihan terdampak oleh gas air mata sehingga mereka merasa perih. Ya itulah keberpihakan tiada henti Anies kepada para pendemo yang mengumpulkan banyak batu sehingga jalann di Jakarta berubah sekejap jadi jalan di pegunungan yang masih natural.
Gubernur tukang klaim, tak tahu berterimakasih pada aparat, malah ngerjai aparat dan bukan kali ini saja.
COMMENTS