Melawan Keluarga Cendana, Demo Mei 1998 dan Demo Mei 2019
Andil besar keluarga Cendana di demo mei 1998 dan demo mei 2019 tak dapat dielakkan. Tepat 21 tahun yang lalu di bulan Mei sejarah seolah terulang. Keluarga Cendana dipaksa kembali untuk mengakui besarnya kekuatan rakyat yang bersebrangan dengan mereka.
Keluarga Cendana seolah tak pernah berpuas diri dengan yang namanya harta dan kekuasaan. Entahlah mereka tampaknya tak paham, sinyal tak berminatnya rakyat terhadap Partai Berkarya besutan keluarga Cendana adalah sebuah tanda besar. Anehnya hal itu tidak juga menjadikan mereka sadar diri bahwa rakyat tak akan pernah berpihak dan tak akan pernah lupa derita 32 tahun di bawah Orde Baru.
Tahun 1998 garda terdepan rakyat adalah pasukan mahasiswa yang berjibaku menurunkan sang penguasa Soeharto. Dan di tahun 2019 garda terdepan rakyat adalah pasukan TNI-Polri yang perkasa menahan kenekatan perusuh demi nafsu kekuasaan mantan menantu Soeharto plus keluarga Cendana lainnya.
Di Indonesia siapa yang tak kenal keluarga Cendana? Selama 32 tahun sang ayahanda Soeharto menguasai Indonesia. Selama 32 tahun pula rakyat tak berkutik dalam cengkraman sang penguasa negeri. KKN merajalela tak terkendali tanpa ada nada protes sepatah dari rakyat karena dibayangi ketakutan dan ketidakberdayaan.
Cendana sendiri adalah nama jalan di kawasan elite Menteng, Jakarta, tempat dimana penguasa negara itu bermukim. Gosipnya dari sana pula seorang Ibu Negara, isteri tercinta dari penguasa tersebut sanggup mengatur pembagian proyek-proyek negara buat ke 6 anaknya.
Berita santer pernah terdengar tentang kebiasaan First Lady dan julukannya yang dipelesetkan, nama Ibu Tien Soeharto menjadi ,Mrs Tien Percents, atau nyonya 10 persen. Isunya saat itu Ibu Tien dan koleganya kerap meminta jatah 10 persen dari proyek-proyek besar.
Puncak kekecewaan dan sakit hatinya rakyat pada penguasa terjadi juga. Di bulan Mei 1998 terjadi demo besar-besaran oleh mahasiswa. Saat itu mahasiswa ada di garda terdepan rela berjibaku dengan peluru tajam ataupun peluru karet, gas air mata plus pentungan yang diarahkan membabi buta oleh aparat keamanan. Demi perjuangan menurunkan Soeharto dari tampuk kepemimpinannya.
Kerusuhan terjadi dimana-mana, aksi kejar-kejaran mahasiswa dengan aparat keamanan mewarnai demo tersebut. Mahasiswa kocar-kacir didorong oleh aparat keamanan, lari mereka kemana saja. Saat itu masyarakat tak segan membantu mahasiswa, satpam di gedung-gedung perkantoran ikut membantu mahasiswa menyelamatkan diri.
Masyarakat sukarela bergotong royong menyumbang logistik bagi mahasiswa yang sedang berdemo dan membantu menyembunyikan dari kejaran aparat keamanan. Setelah mahasiswa berhasil menduduki dan bermalam di gedung MPR/DPR, bantuan logistik, makanan dan minuman dari masyarakat serempak mengalir tanpa dikomando. Rakyat ada bersama mahasiswa.
Tak berbeda dengan cerita di Mei 2019, rakyat tetap berseberangan dengan keluarga Cendana. Tanpa dikomando secara sukarela warga membantu TNI-Polri yang menertibkan kerusuhan.
Di kawasan KS Tubun tampak masyarakat
Menyediakan air minum bagi para petugas yang terus mendorong para pelaku kerusuhan ke Tanah Abang.
Masyarakat memberikan minuman berupa air mineral dalam botol kemasan maupun mengeluarkan galon-galon air sukarela.
"Ini pak airnya yang pada haus," kata seorang warga yang tampak menawarkan minuman dari rumahnya.
Lain lagi cerita di depan gedung Bawaslu RI, Jakarta Pusat, yang sudah kondusif. Sekumpulan emak-emak membagikan roti kepada polisi yang siaga berjaga.
Pantauan detikcom di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, pukul 19.00 WIB, Rabu (23/5/2019), terlihat enam emak-emak membagikan roti di dalam kardus putih. Petugas Brimob tampak membalas pemberian itu dengan senyuman.
"Terima kasih ya, Pak, sudah mengamankan kami, terima kasih sudah menjaga kami," kata seorang ibu saat memberikan roti.
Dukungan rakyat tidak main-main. Rakyat buta politik, rakyat jauh dari carut marut politik, tapi rakyat tau dimana dirinya harus berpihak. Rakyat tahu 21 tahun yang lalu bersusah payah menurunkan kekuasaan Orde Baru. Masa iya 21 tahun kemudian kembali menjadikan Cendana kembali berkuasa. Kocak kan? Berapapun Cendana sanggup membiayai logistik demo rusuh Mei 2019, disitu pula rakyat bergotong royong membiayai pula mereka yang melawan di garis depan.
COMMENTS