Stres, Tak Didukung, Caleg Gerindra Minta Bongkar Makam Keluarga Kerabat
Politik benar-benar membuat masyarakat terpecah belah. Teman dan sahabat menjadi musuh, bahkan keluarga dan kerabat pun bisa memicu permusuhan dan dendam. Banyak pula orang yang gagal nyaleg menjadi stres dan hampir gila. Salah satu penyebabnya adalah habis uang terlalu banyak untuk modal caleg. Gagal menang, kewarasan pun hilang.
Empat makam yang berada di lingkungan Pangkarodde, Kelurahan Pate'ne, Kecamatan Polongbangkeng Selatan, menjadi viral di media sosial karena dibongkar paksa oleh seorang caleg.
Caleg tersebut bernama Burhan Talli dari partai Gerindra secara tiba-tiba mendatangi rumah kerabatnya yaitu keluarga Daeng Ngampa dan meminta agar empat makam keluarga Daeng Ngampa dipindahkan dari tempat pekuburan yang diduga milik caleg tersebut.
Lurah setempat juga membenarkan kabar pembongkaran empat makam di wilayahnya. "Betul itu, ada memang pembongkaran kuburan dan ada empat yang dibongkar paksa lantaran adanya perselisihan antara salah satu caleg dan kerabatnya, yang mungkin karena soal dukung-mendukung begitu," katanya.
Lurah menyebut empat makam tersebut sudah ada puluhan tahun di lingkungan tersebut. Tapi sekarang ahli waris dari keluarga Daeng Ngampa memindahkan keempat makam tersebut.
Rusli Ngampa, salah satu pihak keluarga yang menjadi korban pembongkaran makam secara paksa tersebut menyebut seorang oknum caleg gagal partai Gerindra marah lantaran tak didukung saat pemilu kemarin. "Pekuburan yang berada di dalam sana memang miliknya, dan empat kuburan itu dia minta harus dibongkar," katanya.
Rusli, mengatakan pemilik makam yakni caleg gagal tersebut, meminta agar dalam kurun waktu sehari, empat makam itu harus pindah dari lahan miliknya. "Saya sungguh kecewa berat dan sakit hati, namun apa daya kami harus gali dan pindahkan jasad tersebut ke tempat lain," kata Rusli. Sekarang empat jasad tersebut telah dipindahkan ke tanah keluarga Daeng Ngampa yang lokasinya tak jauh dari kuburan yang sebelumnya dibongkar.
Apa salahnya itu mayat? Orang yang sudah mati memangnya ikutan nyoblos dan tidak mendukung? Sangat heran dengan kubu sebelah yang sangat hobi politisasi mayat,
entah gabenernya, entah capresnya, calegnya semua sama saja. Tentu kita tidak akan lupa dengan Pilkada DKI Jakarta putaran kedua antara Ahok-Djarot dan Anies-Sandiaga. Di masa itu banyak terpampang spanduk yang berisi ancaman untuk tidak mensalatkan jenazah pendukung penista agama. Mayat dan jenazah dipolitisasi.
Bedanya pada kasus ini, ada caleg gagal dan stres lalu mayat yang tidak bersalah diminta dipindahkan ke makam lain. Orang ini sudah tenggelam terlalu dalam ke dalam politik. Hanya karena tidak didukung, ikatan kekerabatan pun diputuskan. Benar-benar tidak habis pikir.
Yang satu nyaleg dan bikin rusuh dengan mengganggu makam orang lain, sedangkan sang capres juga sama, mencalonkan diri sebagai capres dan bikin rusak pilpres dan menimbulkan keresahan. Satu partai, satu gerombolan, sifat sama.
Entah kenapa kubu sebelah banyak yang modelnya seperti ini. Logikanya seolah tidak dipakai, mendewakan emosi dan melakukan hal yang konyol serta tidak berperi kemanusiaan. Kubu sebelah, entah siapa pun itu memiliki satu persamaan yang sangat jelas, yaitu suka bertindak bodoh, entah karena didasari pikiran yang bodoh atau memang kecerdasan emosional yang sangat rendah. Tanpa perlu melakukan riset yang mendalam pun, kita bisa menebak kubu mana yang paling sering menyebarkan hoax, kubu mana yang lebih banyak berbuat konyol, kubu mana yang paling rewel dan kubu mana yang paling suka membuat kericuhan.
Lihat saja di media sosial, lihat saja pendukung mana yang lebih banyak ngelawak bodoh. Sampai-sampai ada meme sindiran yang menyebut kalau ingin menjadi salah satu gerombolan sebelah, maka syaratnya cuma satu yaitu bodoh. Bukan saya yang mengatakan ini, tapi kalau dipikir-pikir kembali, sepertinya tidak salah juga.
Demi ambisi dan nafsu politik, semuanya dihancurkan termasuk hubungan persahabatan dan persaudaraan. Apa artinya itu semua? Untung saja mereka kalah, karena kita bisa melihat watak dan sifat asli mereka. Mereka adalah orang-orang yang terlalu bernafsu berkuasa hingga tidak segan melalukan hal yang keterlaluan untuk menang atau membalas kekalahan. Mengerikan sekali orang-orang seperti ini.
COMMENTS